Tawakal, Ikhtiar dan Doa
Tawakal, Ikhtiar dan Doa
Oleh : Ani Azizah Hady
Dalam agama Islam, tawakal artinya menyerahkan hasil dari pekerjaan atau akibat suatu keadaan yang sedang dilakukan atau dihadapi sepenuhnya kepada Allah.
Imam Al-Ghazali menjelaskan definisi tawakal sebagai penyandaran kepada Allah swt ketika menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya saat dalam kesulitan, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang sabar, tenang dan hati tenteram.
Sejatinya tawakal adalah sikap seorang muslim yang muncul dari keyakinan yang kuat atas kuasa Allah swt. Bentuk dari ketakwaan dan iman yang bulat utuh hanya kepada Allah swt. Tauhid kepercayaan ini menghasilkan kepasrahan atas segala persoalan dan hasil usaha yang akan diterima atau terjadi padanya. Meski begitu, hati tetap tenang menghadapi semuanya, karena yakin Allah Maha Bijaksana dan Maha Tahu segala hal yang terbaik baginya.
Tidak sedikit orang yang salah memahami arti tawakal ini. Tawakal dalam praktiknya, mereka enggan bekerja dan berusaha, hanya menunggu apapun nasib yang akan mereka terima. Seperti contoh, menganggap diri meski tanpa belajar, jika Allah menghendaki dia pandai maka akan menjadi pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah akan kaya, dan begitu seterusnya. Jika pendapat ini dijadikan pegangan hidup, sudah pasti akan menyengsarakan diri sendiri. Hidup akhirnya hanya sekedar hidup. Bak menunggu keajaiban yang entah kapan akan datang. Bahkan mungkin, dia hidup hanya mengharap belas kasihan orang lain. Jelas ini jalan hidup yang keliru.
Berdasarkan ajaran Islam, tawakal adalah tumpuan ketika akan dan setelah melakukan usaha. Bukan berarti berserah diri kepada Allah sepenuhnya tanpa ada usaha sedikitpun. Dalam hal ini jelas tawakal sangat erat hubungannya dengan ikhtiar. Tawakal haruslah dibarengi dengan ikhtiar kemudian dilengkapi doa mengharap hasil yang terbaik atas semua yang dikerjakan.
Seperti misalnya, saat memarkir kendaraan di pusat perbelanjaan. Selain niat tawakal, berserah kepada Allah, kemudian diikuti dengan mengunci kendaraan tersebut dan memastikannya aman. Hal ini disebut ikhtiar yaitu berusaha menjaga dan mengamankan kendaraan dari kemungkinan dicuri.
Pada zaman Rasulullah, ada seorang sahabat yang meninggalkan begitu saja untanya tanpa diikat terlebih dahulu. Ketika ditanya, kenapa tidak diikat, ia menjawab : "Saya telah benar-benar bertawakal kepada Allah". Kemudian Rasulullah yang tidak setuju dengan jawaban tersebut berkata : "Ikatlah dan setelah itu engkau bertawakal".
Pelajaran peristiwa itu, mencontohkan kepada kita agar tawakal selalu harus disertai ikhtiar, dan disempurnakan dengan doa. Tentang ikhtiar, dalam tulisan sebelumnya telah disinggung pembahasannya. Ikhtiar atau usaha sangat dianjurkan sebagaimana dijelaskan dalam Alquran:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan (nasib) sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan (perilaku) yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. al-Ra’d: 11).
Bahkan karena begitu pentingnya ikhtiar ini, Rasulullah mengajarkan agar terus mencari penghidupan meski kecil yang diperoleh dibandingkan hanya meminta atau menunggu pemberian orang lain. Dalam hadist riwayat Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda:
لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
“Sungguh, seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta kepada orang lain, baik orang lain itu memberinya atau menolaknya” (HR. Bukhari)
Sudah jelas dari penjelasan di atas bahwa ikhtiar merupakan bagian dari ajaran Islam. Tidak melakukan ikhtiar sama artinya meniadakan hal sudah ditetapkan sebagai pedoman dalam menjalani hidup.
Mengenai berdoa atau permohonan kepada Allah. Islam tidak hanya memperbolehkan tetapi justru sangat menganjurkan kita untuk memanjatkan doa. Hal itu sebagai bentuk permohonan dan pengharapan atas Kemurahan Allah untuk mengabulkan yang sedang kita usahakan.
Sebagaimana firman-Nya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan berfirman Tuhanmu “Memohonlah (mendoalah) kepada-Ku, Aku pasti perkenankan permohonan (doa) mu itu” (QS. Ghafir : 60)
Rasulullah juga sangat mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah memohon terkabulnya segala harapan. Diantara sabda beliau tentang doa, antara lain :
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Do’a itu adalah ibadah” (HR. Abu Dawud)
مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tiap Muslim di muka bumi yang memohonkan suatu permohonan kepada Allah, pastilah permohonannya itu dikabulkan Allah, atau dijauhkan Allah daripadanya sesuatu kejahatan, selama ia mendoakan sesuatu yang tidak membawa kepada dosa atau memutuskan kasih sayang” (HR. al-Tirmidzi)
Dari keterangan Ayat Alqur'an dan hadist di atas jelas sekali bahwa Allah dan Rasulullah sangat memotivasi kita untuk senantiasa memanjatkan doa, mengajukan permohonan kepadaNya demi kebaikan dan perbaikan hidup kita.
Tawakal, ikhtiar dan doa, ketiganya saling berkaitan. Dalam satu kegiatan atau pekerjaan, mustahil berhasil jika hanya mengandalkan tawakal dan doa tanpa adanya ikhtiar. Sebaliknya, usaha tanpa tawakal dan do'a sama saja artinya melupakan bahwa sejatinya manusia tidak mempunyai kuasa atas apapun termasuk dirinya, kecuali hanya seizin Allah ta'ala.
Bisa dikatakan, secara manusiawi, ikhtiarlah penentu hasil yang akan kita capai. Apabila kita telah mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai maksud, pekerjaan atau untuk meraih sesuatu, maka secara nalar, pada titik tertentu kita pasti akan sampai pada yang dimaksudkan.
Berbeda jika dilihat secara ukhrawi, tentu tawakal dan doalah yang menjadi peletak sukses terwujudnya segala yang diusahakan. Mengingat manusia hanyalah sosok lemah yang membutuhkan bantuan Sang Maha Kuasa untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Tawakal tidak terlepas dari pandangan Islam tentang kemutlakan Allah. Doa juga merupakan ranah Kekuasaan Allah. Sedangkan ikhtiar adalah wujud aksi penjemputan takdir terbaik bagi manusia. Tawakal, ikhtiar dan berdoa pada dasarnya saling mengiringi, sulit terpisahkan.
Ikhtiar tanpa tawakal dan doa, ketika rintangan menghadang akan sangat mudah langkah menjadi goyah. Bahkan seringkali tercederai ambisi berlebih yang bisa menjerumuskan pada praktek menghalalkan segala cara. Tentu ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sedangkan tawakal dan berdoa tanpa ikhtiar hanyalah suatu kepasrahan yang menyalahi kodrat sebagai manusia. Hal itu juga termasuk menentang anjuran dari Allah dan Rasulullah.
Seorang muslim yang telah berusaha, bertawakal, lantas berdoa, tidak otomatis bermakna keinginannnya akan langsung terpenuhi saat itu juga. Harus diingat, jika Allah tidak berkehendak, maka harapannya tidak akan bermakna. Segala cara ditempuh pun akan berujung pada kegagalan.
Sebaliknya, jika Allah sudah berkehendak, segala hal yang awalnya sulit dikerjakan, akan berubah jadi mudah. Jalan menuju cita-cita akan terbuka lebar. Segala permasalahan yang menyapa akan terkuak solusinya. Maka yang terpenting dari semua itu adalah adanya rida Allah di dalamnya. Sedangkan kunci utamanya adalah keimanan dan ketakwaan.
Itu 3 kunci dalam menjalankan kehidupan ini. Harus selalu dilakukan, simpel tapi dalam pelaksanaannya butuh perjuangan, apalagi untuk tawakal atau pasrah ini yang terkadang masih jadi PR buat saya
BalasHapusSesempurna apapun pekerjaan sudah kita selesaikan tetap mesti bertawakkal kepada Allah SWT, hrs menyandarkan diri sepenuhnya
BalasHapuslahaula wala kuwata ilabillah.. sandarkan semua kepada Tuhan. terima kasih mb, sebagai pengingat yang sangat penting
BalasHapusman jadda wa jadda
BalasHapusMasya Allah. Makasih sudah mengingatkan, senantiasa tawakkal, ikhtiar dan doa. Semoga Allah meridhoianya.
BalasHapus